PHDI SIDOARJO

Wednesday 30 December 2009

NITYA KARMA PURNAMA DAN MALAM TAHUN BARU DI PURA MARGO WENING


Malam Tahun Baru yang jatuh pada hari ini Kamis, 31 Desember 2009 sangatlah istimewa dan bermakna spiritual yang luhur, karena tepat pada malam ini juga adalah hari Purnama yang sangat kita sucikan. Pada malam inilah Hyang Widhi akan memberikan pencerahan melalui Sinar Suci Sanghyang Candra untuk menuntun manusia ke jalan Dharma dalam menjalankan swadharmaning Agama, sehingga harapan kita semoga mulai pergantian tahun ini untuk memasuki Tahun Baru 2010 diawali dengan angayubagya dan sujud syukur kehadapan Hyang Widhi yang telah memberikan kebahagian lahir dan bathin, kesehatan dan panjang yusa. Untuk itu kami mengajak seluruh umat Hindu Sidoarjo untuk memanfaatkan hari yang sangat istimewa ini untuk hadir pada Upacara Nitya Karma Puja di Pura Penataran Agung Margo Wening Krembung, Pura Jala Siddhi Amertha dan Pura Nirwana Jati Sekelor.
Untuk Persembahyangan di Pura Penataran Agung Margo Wening akan dimulai pada jam 19.00 wib dan akan diperkenalkan pengurus PHDI periode 2009-2014, program kerja serta Dharma Wacana oleh Bapak Ketua PHDI (Ir. Nyoman Anom Mediana, S.Pd.H). Selesai persembahyangan akan dilanjutkan dengan diskusi dan makan malam sambil menunggu pergantian Tahun Baru 2010.
OM Santih, Santih, Santih, OM. (n.simpen)

Penyuluhan tentang Samskara Wiwaha


Ketua PHDI Sidoarjo yang baru Anom Medianan tidak mau vacum berlama-lama, merasa pengurus PHDI sebagian besar belum memahami prosesi Samsakara Wiwaha, sementara order Samskara Wiwaha sudah mulai muncul, maka Anom tancap gas mengadakan penyuluhan untuk seluruh staf pengurus PHDI yang baru termasuk Paruman Walaka nya yang diadakan tgl. 30 Desember 2009 mulai Jam 19.00 Wib bertempat di Pura Jala Siddhi Amertha Sidoarjo. Sebagai nara sumber yaitu I Ketut Suardaka memaparkan dalam bidang tatwa nya sedang I Ketut Kaler Sumerta memaparkan bidang prosedur administrasinya. I Ketut Kaler Sumerta selaku Ketua PHDI sebelumnya, menyampaikan banyak masalah yang beliau hadapi yang terkait Samskara Wiwaha selama menjadi Ketua PHDI. Antara lain : Mempelai melakukan upacara Samskara Wiwaha di Bali, namun meminta Surat Nikah di Sidoarjo. Ada juga calon mempelai yang melaporkan dirinya mau menikah baru seminggu sebelum hari H pernikahan, padahal dalam aturan selambat-lambatnya sebulan sebelum hari H pernikahan. Keluhan beliau yang lain adalah biasanya kedua calon mempelai sangat tak acuh untuk memenuhi beberapa persyaratan yang diperlukan dalam pernikahan tersebut. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu : Surat Keterangan Sudi Wadani bagi calon mempelai yang tidak beragama Hindu, Pas Foto bergandengan sebanyak 10 lembar ukuran 4x6, KTP, KSK dan Surat ijin orang tua bagi calon mempelai yang belum berumur 21 tahun. Acara penyuluhan ini dihadiri kurang lebih 55 orang antara lain : Pengurus Harian PHDI, Paruman Pinandita, Paruman Walaka, mahasiswa STHD, dan ada Peradah Sidoarjo. (oleh IGK. Budiartha)

Tuesday 29 December 2009

SMPN 2 Denpasar Tirthayatra ke Pura Margowening


Liburan Sekolah di Bali membuat banyak umat Hindu tergerak untuk melaksanakan Dharma Yatra ke tempat-tempat suci di Jawa, salah satunya ke Pura Penataran Agung Margo Wening Krembung Sidoarjo. Pada hari Minggu 27 Desember 2009 rombongan Guru-Guru Sekolah SMP Negeri 2 Denpasar hadir melaksanakan Dharma Yatra ke Pura Penataran Agung Margo Wening Krembung, sejumlah 52 Orang yang dipimpim Wakil Kepala Sekolah terdiri dari Bapak-Ibu Guru dan juga anak-anak. Begitu tiba di Madya Mandala Pura sekitar jam 15.00 sore langsung disambut hujan lebat yang datang dari arah Gunung Penanggungan. Suatu pertanda bahwa anugrah Hyang Widhi telah memberikan penyucian dan kesuburan bagi alam dan lingkungan. Hujan ini hampir berlangsung 3 jam, dan setelah Sanghyang Surya Raditya keperaduan rombongan sudah bersiap-siap untuk melaksanakan persembahyangan memuja kebesaran Brahman dan Ista Dewata yang melinggih di Pura Penataran Agung Margo Wening. Persembahyangan ini dipimpin Jro Mangku Ketut Pugri dan dibantu Jro Mangku Rusdianto, umat melakukan bhakti dengan khusyuk dan diiringi dengan kidung warga sari yang menambah keheningan dan ketenangan dalam memuja Hyang Widhi. Selesai persembahyangan Ibu-ibu pengurus Pura sudah menyiapkan hidangan makan malam yang merupakan paican Ida Bhetara. Sebelum acara diskusi dan informasi tentang keberadaan Pura Penataran Agung Margo Wening dilaksanakan acara diselingi dengan latihan megambel beberapa tarian dengan menggunakan Gong milik Pura. Ibu-ibu Guru ini begitu lincahnya memainkan gamelan dengan beberapa tabuh. Udara malam hari cukup sejuk karena baru saja selesai hujan deras, ketua rombongan meminta kepada pengurus Pura untuk diberikan informasi dan diskusi keberadaan Pura Penataran Agung Margo Wening Krembung. Banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh rombongan baik mengenai jumlah umat penyungsung Pura, Biaya operasional (yadnya), pelaksanaan Bratha Penyepian, maupun organisasi keumatan serta sistim pengabenan (pitra yadnya) di Sidoarjo. Pada malam itu Rombongan ini mekemit di Pura selama satu malam, dan pagi hari bertolak ke Bali.
Disamping rombongan dari Guru-guru SMP Negeri 2 Denpasar juga pada siang hari itu ada satu bus rombongan dari Dinas Perijinan Pemerintah Kota Denpasar, rombongan ini hanya mampir sebentar untuk melaksanakan sembahyang saja. Selesai persembahyangan rombongan langsung kembali menuju Bali (Ir. Nyoman Simpen)

Sunday 27 December 2009

Penyuluhan Narkoba oleh BNK Sidoarjo di Pura JSA


Pada hari Minggu tanggal 27 Desember 2009 mulai jam 09.00 Wib kemarin, diadakan adakan Penyuluhan NARKOBA oleh Badan Narkoba Kabupaten Sidoarjo bekerja sama dengan PHDI Sidoarjo. Acara ini dihadiri kurang lebih 150 orang terdiri dari siswa Pashraman JSA : SMP, SMA, para orang tua murid, Taruna dan sebagian hadir para mahasiswa yang ada di Surabaya. Dalam ceramah Pak Suwignyo selaku sekretaris BNK Sidoarjo mengatakan ada 3 ciri-ciri orang yang terkena NARKOBA yaitu : suka menyendiri, suka berbohong, prestasi di sekolah tiba-tiba menurun. Dalam kesempatan tersebut Pak Suwignyo membawa alat peraga beberapa contoh ekstasi, ganja dan alat yang digunakan untuk mengisap narkoba tersebut. Pak Suwignyo dengan sangat minta agar generasi muda dari Umat Hindu tidak ada yang terjerumus ke dalam NARKOBA seperti seorang siswa SMK yang ada di Buduran dan ada juga yang di Balung Bendo. Pada akhir sesi Pak Suwignyo memberi doorprize kepada peserta yang mampu menjawab pertanyaan dari penyuluh. Mudah-mudahan acara sejenis akan bisa diulang lagi, sehingga sampai menyentuh umat lebih banyak (admin).

Jajaran PHDI Sidoarjo ke Pura Sekelor


Pada hari Sabtu tgl. 26 Desember 2009 jam 19.00 Wib beberapa Pengurus PHDI Sidoarjo tangkil ke Pura Nirwana Jati Sekelor dan Pura Penataran Agung Margo Wening Krembung. Tujuan utama kehadiran Pengurus PHDI Sidoarjo tersebut adalah "Matur Piuning" sehubungan telah mulainya kegiatan kerja dari PHDI Sda yang baru terbentuk. Nunas kepada Hyang Widhi Wasa agar apa yang telah dan akan dikerjakan oleh PHDI mendapatkan anugrah sehingga semua dapat berjalan lancar sesuai yang diharapkan. Penguruh PHDI yang ikut serta dalam acara tersebut yaitu : Ir. Nyoman Anom Mediana beserta nyonya, Agung Cok, I Nyoman Simpen beserta Nyonya, Dewa Made Pastika, I Gusti Ketut Budiartha, Ketut Suartha, Wayan Sudarma dan Hari Suyono. Saat persembahyangan di Pura Nirwana Jati Sekelor, saya merasa terhanyut dalam kidung-kidung suci Jawa yang dilantunkan oleh umat Hindu setempat secara kompak dan indah, ujar I Gusti Ketut Budiartha yang baru pertama kali tangkil ke Pura tersebut. Kurang lebih ada 25 orang umat Hindu Sekelor yang menyertai Pengurus PHDI bersembahyang, diantara nya cukup banyak para generasi muda Hindu. ( Admin )

Tuesday 22 December 2009

Konsep Pralaya (Kiamat) dalam Hindu


Konsep pralaya dalam Wisnu dan Brahmanda Purana ada dinyatakan 4 (empat) konsep Pralaya yaitu:
* Nitya Pralaya yaitu proses kematian yang terjadi setiap hari dari semua makhluk hidup. Bahkan dalam diri manusia pun setiap detik ada sel tubuhnya yang mati dan diganti dengan sel baru. Sel tubuh manusia terjadi utpati, sthiti dan pralina.
*Naimitika pralaya adalah pralaya yang terjadi dalam satu periode manu. Menurut pandangan ini akan terjadi pralaya terbatas dalam setiap akhir Manwantara. Ini artinya akan terjadi 14 kali Naimitika Pralaya atau kiamat terbatas atau kehancuran alam secara terbatas.
* Prakrtika Pralaya yaitu terjadinya pralaya secara total setelah manwantara ke-14. Saat terjadinya Prakrtika Pralaya, seluruh alam semesta beserta isinya lenyap dan kembali pada Brahma atau Tuhan yang Mahaesa dalam waktu yang panjang atau satu malamnya Brahma. Setelah itu akan terjadi penciptaan lagi dan memulai dengan manwantara pertama lagi. Prakrtika Pralaya inilah yang mungkin identik dengan konsep kiamat menurut kepercayaan lainnya. Karena, semua unsur alam dengan segala isinya kembali pada Brahman. Menurut keyakinan Hindu, hanya Tuhanlah yang kekal abadi.
* Atyantika Pralaya yaitu pralaya yang disebabkan oleh kemampuan spiritualnya melalui suatu pemberdayaan jnyana yang amat kuat sehingga seluruh dirinya masuk secara utuh lahir batin kepada Tuhan Brahman.
Demikian konsep pralaya (semacam kiamat) menurut Hindu. Yakinlah, pralaya dalam arti Prakrtika Pralaya tidak akan terjadi dalam waktu dekat ini, apalagi dinyatakan akhir tahun ini atau tahun 2012 mendatang. Sedangkan Nitya Pralaya akan terjadi dalam setiap hari, ada makhluk hidup yang mati dan ada yang lahir. (oleh : Ketut Wiana)

Sunday 20 December 2009

TATA SUSILA DAN BUDHI PEKERTI

Apakah yang dimaksud dengan Tata Susila dan Budhi Pekerti ? Mengapa kita perlu melaksanakan Tata Susila dan Budhi Pekerti itu ? Kapan dan bagaimana melaksanakan kedua hal itu ?
Tapi sebelumnya simaklah Sloka – Sloka dibawah ini :

Swasti pantham anu carema
Surya candramasav iva
Punar dadatagh nata
Janata sam gamemahi

Rg. Veda V. 51.15
Artinya :
Mari kita terus berjalan pada jalan yang benar seperti jalannya Matahari dan Bulan. Kita seharusnya bergaul dengan orang – orang yang bermurah hati, bijaksana dan berpengetahuan tinggi.

Aristah sa marto visva edhate
Praparjabir jayate dharmanas pari
Yam adtyasonayotha sunitibhir
Ati visvani durita svastaye

Rg. Veda X. 63.13

Artinya :
Wahai Dewa Matahari, semua umat manusia yang engkau alihkan dari jalan kejahatan, menempuh jalan yang berbudhi diberkahi dengan kemakmuran dan juga dilimpahi dengan ketyrunan (generasi) yang berbudhi luhur, berkat sikap keagamaan mereka.

Pengertian Tata Susila dan Budhi Pekerti

Dalam bahasa Jawa kono, kata ‘Tata’ berarti aturan, sedangkan ‘Susila’ yang merupakan gabungan partikel ‘su’ yang berarti baik (dalam bahasa Sansekerta) dan ‘Sila’ yang berarti tingkah laku . Jadi Tata Susila berarti aturan tingkah laku yang baik.
Sedangkan kata ‘Budhi Pekerti’ berasal dari akar kata ‘Budhi yang berarti kebaikan. Budhi (intelek) berarti kemampuan membedakan hal yang baik dengan yang buruk, membedakan perbuatan yang patut dengan yang tidak patut, ucapan yany patut diucaokan dengan yang tidak patut diucapkan . ‘Pekerti’ berarti Perilaku. Jadi ‘Budhi Pekerti’ berarti perilaku yang bisa membedakan perbuatan, perkataa, dan pemikiran yang baik dang yang tidak baik.
Dengan demikian Tata Susila mempunyai kaitan yang erat sekali dengan Budhi Pekerti yang berarti tingkah laku yang baik. Orang yang berbudhi pekerti baik pasti melaksanakan tata susila dengan konsisten. Contohnya : Bila dia seorang Pelajar, maka dia akan menurut perintah- perintah Gurunya serta aturan yang diterapkan di sekolahnya, dan bila dia seorang anggota masyarakat, pasti dia akan mengikuti aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.

Tata Susila dan Budhi Pekerti seharusnya sudah mulai diajarkan sejak masa anak-anak. Ketika anak-anak sudah bisa berkomunisasi dengan orang-orang disekitarnya, mulailah mereka diajarkan tentang bagaimana berbicara, berbuat dan berfikir yang baik. Tata Susila dan Budhi Pekerti harus diamalkan seumur hidup. Dan adapun tujuan kita mengetahui, menghayati dan melaksanakan tata Susila dan Budhi Pekerti adalah:

1. Menuntun seseorang untuk memproleh kesatuan antara Jiwatman dengan Hyang Widhi melalui perasaan yang tenang dan tentram sehingga diproleh kebahagiaan yang kekal dan abadi.
2. Membina watak manusia menjadi anggota keluarga yang baik, anggota masyarakat yang baik dan menjadi putra Bangsa yang berbudhi mulia dalam upaya untuk meraih kehidupan yang berbahagia.
3. Membina hubungan yang serasi dan selaras antara sesama , baik dalam lingkungan keluarga, tetangga, ditempat kerja, masyarakat, Bangsa bahkan dengan alam sekitarnya.


Dalam hidup ini bila tidak diterapkan Tata susila dan Budhi Pekerti, maka kejadian-kejadian buruk seperti perkelahian , mabuk-mabukan, narkoba, kecelaan lalu lintas dan lainnya akan tak terkendalikan. ( oleh : Nyoman Sudiarta- Sda)

Wednesday 16 December 2009

Renungan tentang SUAP

Kemarin hari Rabu 15 Desember 2009 sekitar jam 19.00 Wib diadakan “Deklarasi Anti Auap” oleh beberapa tokoh yang ada di Surabaya, bahkan seorang perserta ada dari anggota KPK yaitu Juhan Budi sengaja datang dari Jakarta untuk mengikuti “Deklarasi Anti Suap” ini.

Apa yang dimaksud dengan “SUAP”? Untuk menjawabnya dapat kita pandang dari 2 sisi yaitu dari yang memberi suap dan yang menerima suap.

Dari yang memberi suap, suap berarti pemberian yang disertai adanya keinginan atau pamrih yang melebihi kewajaran, ingin memperoleh sesuatu dengan cara mudah dan melanggar prosedur. Disana terkandung nafsu keinginan yang tidak terkendali.

Dalam Sarasamuscaya 423 : na tan hana ganta nikang raga manguwusana yadyapin wehen ya ri sawastuning kinaragan mangkin tinutaken mangkin wrdi kramanya, kadi kramaning apui dumilah dening minak, mangkin sinuktyan minak mangkin dumilah mangkana tang raga.

Artinya : tidak akan pernah terpuaskan yang namanya nafsu keinginan itu, walaupun semuanya telah diberikan, tak ubahnya seperti api yang menyala oleh minyak, semakin disirami minyak nyalanya semakin besar, demikianlah nafsu keinginan itu. Oleh karena itu kendalikanlah dia.

Dalam Bhagawad Githa juga disebutkan, jangan kita selalu memenuhi nafsu keinginan kita, karena kita akan menjadi KAMADUK atau sapi perah dari keinginan kita sendiri. Oleh karena renungkan dan kendalikanlah keinginan itu.

Dari yang menerima suap, suap berarti ada keinginan memiliki milik orang lain dengan cara yang mudah, cepat dan tanpa proses yang benar.

Dalam Tri Kaya Pari Sudha, khususnya dalam point Manacika Pari Sudha disana jelas disebutkan janganlah sekali-kali ingin memiliki milik orang lain, itu adalah sebuah keinginan yang telah mengandung dosa. Semoga kita dapat terhindar dari upaya suap-menyuap. Om sarwa klesa winasa ya namah. (DW : GP.Suardana-Tilem)
------------------------

Tuesday 15 December 2009

6 Tingkah Laku Yang Perlu Dihindari Untuk Menuju Sejahtera

Hidup aman dan sejahtera merupakan dambaan tiap orang yang hidup di muka bumi mi. Namun, pada kenyataannya banyak orang yang merasa tidak aman dan tidak sejahtera dalam hidupnya, meskipun mereka sudah berusaha. Ada banyak konsep yang bisa kita temui untuk mencapai hidup aman dan sejahtera itu.
Khusus dalam bahasan ini, kami mengambil dari pustaka suci yang Weda ada juga tergolong pustaka Susastera Weda. Salah satu dari konsep tersebut terdapat dalam pustaka Udyoga Parwa 33. 78.
Dalam pustaka tersebut dinyatakan ada enam hal yang wajib dihindari kalau ingin hidup aman dan sejahtera.yaitu :
1. Nidra,
2. Tandra,
3. Bbhaya,
4. Krodha,
5. Alasyam
6. Dirgasutrata.
Siapa yang dapat menghindar dan enam perilaku tersebut dialah yang akan mencapai hidup aman dan sejahtera.

Nidra artinya suka tidur. Orang yang tergolong suka tidur apabila mereka tidur tidak hanya pada waktu tidur saja seperti saat malam hari. Pagi, siang dan sore hari pun mereka senantiasa mencari kesempatan tidur. Kalau ada kesempatan tidur mereka pun tidak akan menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Orang yang suka tidur itu adalah orang yang tidak memiliki semangat untuk berdinamika dalam menyelenggarakan kehidupannya ini. Mereka yang suka tidur itu tidak memiliki kreativitas karena pengaruh guna tamas. Kebiasaan suka tidur inilah yang wajib dihilangkan bagi mereka yang ingin dapat hidup aman dan sejahtera. Kebiasaan tidur itu dapat dihilangkan dengan metode tertentu sehingga kebiasaan tidur itu dapat dihilangkan.

Tandra adalah kebiasaan malas. Orang malas adalah orang yang banyak keinginannya namun malas berkerja. Orang yang malas ini umumnya orang yang tergolong loba dan juga tamas. Menurut seorang filsuf dari India sembahyang pagi, siang dan malam itu bertujuan untuk mengendalikan dan memupuk sifat Satwam (.kebaikan) Sembahyang pagi untuk menguatkan sifat-sifat positif (sattwam). Sembahyang siang untuk mengendalikan sifat-sifat terlalu agresif dan energik, sembahyang sore untuk meredam sifat-sifat buruk seperti : malas, avatis dsbnya. Kebiasaan malas itu adalah ekspresi dari guna tamas. Salah satu cara meredam kebiasaan malas itu adalah sembahyang sore sebagai upaya spiritual. Sementara upaya nyata dengan mengkonsumsi makanan yang baik seperti : susu, sayur-sayuran, buah-buahan dsbnya dan juga usaha-usaha lainnya seperti gemar membaca, berolah raga dan lain-lain. Orang malas adalah orang yang banyak membuang waktu untuk bekerja memaknai hidupnya.

Bhaya adalah selalu dihantui oleh rasa takut. Rasa takut itu muncul karena kurangnya pengetahuan tentang berbagai hal dan lemahnya keyakinan pada Tuhan. Orang yang dihantui oleh rasa takut itu umumnya takut berbuat dan sering ragu-ragu dalam bertindak. Rasa takut tergolong salah satu salah satu kekotoran rohani. Apalagi dalam menyelenggarakan kehidupan ini amat dibutuhkan keberanian namun keberanian itu berdasarkan pertimbangan daya nalar dengan akal budhi yang kuat. Ini artinya orang akan tidak berani mengambil suatu keputusan apa bila senantiasa dihantui oleh rasa takut. Sikap hidup yang demikian itu tentunya hidup yang tidak produktif tentunya tidak mungkin bisa membangun hidup aman dan sejahtera.

Krodha adalah kebiasaan marah dan dendam. Keadaan marah adalah keadaan diri yang tidak terkendali. Emosi marah itu dapat berlanjut sampai menimbulkan benci dan dendam. Dalam pustaka Bhagawad Gita, krodha itu adalah salah satu dan tiga pintu neraka. Dua pintu neraka yang lainya adalah lobha dan kama. Lobha adalah sifat rakus dan tamak, sedangkan kama adalah dorongan nafsu keinginan yang bergejolak sampai mengalahkan akal sehat. Marah ini dapat membuat dinamisnya kelenjar adrenalin yang dapat membuat badan seperti keracunan. Orang yang pemarah dapat memicu tingginya tekanan darah. Pemarah itu sering merasa kehilangan rasa aman. Kebiasaan marah itu akan membawa orang sulit bekerja dengan tenang. Tanpa bekerja dengan tenang sulit marasa aman membina hidup sejahtera. Pebisnis yang pemarah akan dijauhi oleh rekan sejawat dan para langganan. Sering dimainkan oleh bawahan. Ujung-ujungnya bisa hidup.

Alasyam adalah kehilangan semangat hidup. Senantiasa kehilangan gairah hidup mudah putus asa. Sedikit saja ada kesulitan mudah putus asa. Kerja untuk mendapatkan kesejahteraan banyak tantangan, gangguan dan hambatan bahkan ancaman. Untuk menghadapi tantangan, gangguan dan berbagai hambatan itu dibutuhkan semangat yang konsisten dengan mental yang stabil. Tidak mudah jemu dan putus asa mengatasi masalah. Hidup memang suatu masalah. Apa lagi masalah bisnis, banyak sekali liku-likunya. Selesaikanlah dengan konsep yang jelas dan semangat tinggi pantang menyerah. Jadinya moral mental yang tangguh dan paham akan konsep yang dijadikan acuan untuk mengatasi berbagai persoalan dalam mewujudkan kesejahteraan dan rasa aman itu.

Dirgasutrata adalah kebiasaan buruk yang suka menunda-nunda waktu untuk menyelesaikan pekerjaan atau masalah. Kebiasaan ini akan membawa orang hidup tidak pernah dalam keadaan tenang. Karena banyak masalah yang tidak terselesaikan menyebabkan perasaan dan pikiran tidak pernah bersih dari unek-unek karena berbagai pekerjaan dan masalah tidak terselesaikan. Karena itu kebiasaan menunda-nunda waktu adalah kebiasaan menumpuk persoalan dan pekerjaan. Hal ini tentunya akan mengganggu ketenangan pikiran dan perasaan yang bersangkutan. Hal itu bisa mengganggu kesehatan baik fisik maupun mental. Orang yang keadaan fisik dan mentalnya terganggu oleh berbagai persoalan dan pekerjaan yang menumpuk tentunya sulit meraih sukses menggapai hidup aman dan sejahtera.

Monday 14 December 2009

Pandangan Hindu Tentang Kiamat

Kami coba membaca beberapa buku sastra Hindu yang ada, sudah dibolak-balik ternyata istilah "Kiamat" tidak ditemukan. Namun jika Kiamat itu diterjemahkan dengan arti mati (seluruh isi alam) maka padanan yang pas yang ada di dalam sastra kita adalah Pralina atau Pralaya. Hampir semua buku Purana menyebutkan atau membahas masalah Tri Kona yaitu : Utpati (lahir), Stiti (hidup), Pralina (mati). Semua isi alam ini akan melalui proses Tri Kona. Dengan demikian maka alam beserta isinya pun akan mengalami proses peleburan atau kematian. Pertanyaan yang akan timbul : kapan alam ini akan pralina (maha pralina) atau pralaya (maha pralaya)? Apakah benar alam ini akan kiamat tahun 2012? Mari kita coba telusuri sesuai dengan sloka sloka yang ada dalam sastra Hindu.

Dalam Ba\hagawad Githa dan Brahmanda Purana sangat jelas disebutkan bahwa usia alam ini disebut dengan istilah 1 hari Brahman atau 1 Kalpa. 1 Kalpa terdiri dari 14 Mawantara. 1 Mawantara terdiri dari 71 Maha Yuga. 1 (satu) Maha Yuga terdiri dari :

  1. Jaman Kertha Yuga lamanya 1.728.000 tahun
  2. Jaman Tretha Yuga lamanya 1.296.000 tahun
  3. Jaman Dwapara Yuga lamanya 864.000 tahun
  4. Jaman Kali Yuga lamanya 432.000 tahun

Jadi total 1 Maha Yuga lamanya 4.320.000 tahun.

Saat ini kita berada di jaman Kali Yuga, konon Jaman Kali Yuga mulainya bersamaan dengan Parikesit dinobatkan sebagai Raja Astina yaitu sekita 3102 tahun SM. Jika kita tambahkan dengan 2009 maka Jaman Kali Yuga baru berjalan selama 5.111 tahun. Jika alam ini hanya berusia 1 Maha Yuga saja, maka sisa umur alam ini 432.000 tahun - 5.111 tahun = 426.889 tahun, sungguh waktu yang masih sangat panjang.

Bagaimana jika meyakini bahwa usia alam ini 1 Kalpa maka usia alam ini = 1 x 14 x 71 x 4.320.000 = 4.294.080.000.

Menurut Brahmanda Purana bahwa kita saat ini berada di Mawantara ke 7 (pertengahan), dengan demikian maka sisa usia alam ini adalah = 1/2 x 4.294.080.000 = 2.147.040.000 tahun, sungguh waktu yang masih sangat lama sekali.

Dengan demikian saya mengajak umat Hindu dimana pun berada untuk senantiasa meningkatkan Sradha dan Bhakti kepada Hyang Widhi, meningkatkan perbuatan baik, sehingga setiap saat kita sudah siap kapanpun Hyang Widhi menghendaki kita untuk berpulang kepadaNYA. Berbuat baik tidak harus menunggu kiamat, akan tetapi laksanakan setiap saat dan setiap waktu. (IGKB).