PHDI SIDOARJO

Monday 30 January 2012

Parisada Kabupaten Sidoarjo mengadakan Tirthayatra


Atas prakarsa Ketua Parisada Sidoarjo Bapak Ir. Nyoman Anom Mediana S.Pd.H, Tirthayatra ke Pura Jagad Kartha Gunung Salak Bogor Jawa Barat jadi dilaksanakan. Berangkat dari Pura Jala Siddhi Amertha Sidoarjo tgl. 27 Januari 2012 (hari Jumat) jam 20.00 wib. Peserta yang ikut yaitu Para Pemangku se Kabupaten Sidoarjo, Pengurus PHDI Sidoarjo, Pengurus WHDI Sidoarjo dan peserta umum. Perjalanan dari Sidoarjo menuju Jakarta tiba di Pura Rawamangun sekitar jam 14.00 wib hari Sabtu tgl. 28 Januari 2012. Istirahat dan mandi kemudian sembahyang, setelah itu perjalanan dilanjut menuju Bogor. Tiba di Pura Jagad Kartha Bogor sekitar jam 20.00 wib. Para peserta ngaturang bhakti bersama, meditasi dan mekemit . Udara yang sangat dingin cukup mengganggu para Yatri yang biasa tinggal di daerah panas, namun demikian para Yatri sangat berbahagia dan senang, karena rata-rata baru pertaman kali tangkil Pura ini. Hari Minggu tgl. 29 Januari 2012 jam 08.00 wib para Yatri mepamit kemabli menuju Sidoarjo. Tiba di Sidoarjo 30 Januari 2012 jam 04.00 pagi. Perjalanan yang cukup jauh dengan menggunakan bus cukup meleahkan namun peserta tetap enjog dan menikmati perjalanan yatra ini. Semoga Tirthayatra berikut akan bisa dilaksanakan lagi dengan tujuan yang berbeda. Astungkara (Mr. Pink)

Wednesday 25 January 2012

Rangkaian Hari Suci Galungan

Om Swastyastu.
Hari ini 26 Jan 2012 di Bali dikenal dgn hari Suci Sugian Jawa (Jaba), maksudnya hari untuk mengadakan pembersihan kepada Bhuawana Agung (Jaba=diluar diri kita). Besok jumat 27 Jan 2012 dikenal dgn Hari Suci Sugian Bali yaitu pembersihan ke dalam diri kita sendiri. Semua ini dilakukan untuk persiapan akan datang nya Sang Kala Tiga mulai Hari Minggu, Senin dan Selasa depan. Agar kita
mampu menghadapi godaan dan cobaan pada hari itu, intinya pengendalian diri. Setelah itu barulah kita layak untuk merayakan kemenangan Dharma melawan Adharma pada hari Galungan, Rabu 1 Februari 2012. Kalo di Jawa (Hindu Jawa) biasanya mereka puasa selama 3 hari bertepatan dengan hadirnya Sang Kala Tiga (Minggu, Senin, Selasa) sebagai wujud pelaksanaan pengendalian diri secara nyata (tidak hanya simbolis). Puasanya antara jam 5 pagi sampai jam 5 sore atau jam6 pagi sampai jam 6 sore sudah sangat baik. Kalo di Bali mungkin beda. Semuanya dilaksanakan dengan simbolis mulai dari Penyekeban (hari minggu), Penyajaan (hari Senin) dan Penampahan (hari Selasa) diartikan dengan nyekeb biu, bikin jaje dan nampah celeng. Mungkin lebih pas nyekeb=menyimpan segala emosi, penyajaan=saje=sungguh dilaksanakan dan penampahan=nampeh= mematikan hawa nafsu yg negatif. Tanpa bermaksud mengecilkan arti pelaksanaan Galungan di Bali, namun ke depan rasanya perlu meniru atau mengacu rekan kita di Jawa, dimana mulai hari Penyekeban (hadirnya Butha Galungan), kemudian hari Senin (hadirnya Butha Dungulan) dan hari Penampahan (hadirnya Butha Amangkurat) kita melakukan pelaksanaan pengendalian diri yang riil tidak hanya simbolis dengan melakukan upawasa. Dengan demikian akan nyambung jika kemudian pada hari Rabu kita merayakan hari Kemenangan Dharma melawan Adharma artinya secara riil kita ada perjuangan dalam mencapai hari Kemenangan ini, tidak hanya sekedar simbolis saja. ( Mr. Pink)

Hari Siwaratri Hari Raya Yang Paling Universal

OmSwastyastu
Hari Raya Siwaratri adalah hari raya yang paling universal yang dirayakan di seluruh dunia oleh umat Hindu. Hanya saja hari H perayaannya berbeda. Kalau kita di Indonesia memperingatinya pada hari Panglong ping-14 Sasih kepitu, sedangkan di India berbeda satu bulan yaitu Panglong ping 14 Sasih Keulu. Hal ini bisa jadi karena posisi Indonesia dan India berjauhan, disisi lain Hari Siwaratri adalah diambil hari/malam yang paling gelap dalam 1 tahun. Dengan letak yang berjauhan sangat logis jika malam yang tergelap dalam 1 tahun antara di Indonesia dan di India berbeda. Secara dasar hukum, perayaan Siwaratri antara di India dan Indonesia menggunakan Sastra yang sama yaitu : Padma Purana, Garuda Purana dan Skanda Purana, walaupun kemudian khusus di Indonesia ada juga Lontar Siwaratri Kalpa sebagai dasar hukum untuk memperkuat perayaan hari Siwaratri ini.Agak berbeda dengan Hari Raya yang lain yang di Indonesia dirayakan berdasarkan Pawukon (Wuku) seperti hari raya Galungan, Tumpek, Saraswati, Pagerwesi dlsbnya. Hari raya terakhir ini tidak dirayakan di India, karena Wuku (Pawukon) tidak dikenal di India. Dengan demikian berarti hari raya ini hanya bersifat lokal yang didasari oleh Lontar-lontar yang ditulis oleh Maharsi yang ada di Indonesia seperti : Lontar Sundarigama, Panji Amalat Rasmi, Lontar Purana Bali Dwipa, Lontar Djayakasunu, Mayadhanawa, Lontar Kala Tatwa dsbnya. Dengan demikian maka jelas bahwa hari raya yang berdasarkan Pawukon tidak dirayakan di India. Di India hanya mengenal hari raya yang berdasarkan posisi Matahari dan Bulan saja. Maka terjawab sudah beberapa pertanyaan yang sering dilontarkan oleh pada generasi muda Hindu : "kenapa hari raya Hindu tidak seragam seperti halnya hari raya agama lain (Islam)"? Hari Raya Nyepi termasuk hari raya yang berdasarkan posisi Bulan dan Matahari, namun perayaan kurang universal. Di India hanya sebagian kecil di India Timur dan Selatan yang merayakan, sedangkan di tempat lain tidak dirayakan. Hal ini mungkin sebabkan karena perayaan Hari Raya Nyepi mengacu pada Lontar Sang Hyang Aji Swamandala, dimana sastra tersebut tidak ditemukan di India. (Mr.Pink)