PHDI SIDOARJO

Tuesday 21 February 2012

DANA PARAMITHA

Berdasarkan kesepakatan umat Hindu Sidoarjo melalui rapat Ketua-ketua Sektor, dimana setiap Piodalan baik di Pura Penataran Agung Margo Wening Krembung, maupun Piodalan di Pura Jala Siddhi Amertha, Juanda Sidoarjo setiap Kepala Keluarga dikenakan punia wajib sebesar Rp.30.000 untuk menutup seluruh biaya yang dikeluarkan terkait dengan Piodalan tersebut. Dana ini diberi nama DANA PARAMITHA. Namun umat diakar rumput masih banyak yang belum tahu apa arti DANA PARAMITHA tersebut. Terkait hal tersebut, maka kami kutipkan dari beberapa sumber tentang SAD PARAMITHA (6 jenis keluhuran/kebaikan)

Sad Paramitha adalah enam jalan keutamaan untuk menuju keluhuran.
  1. Dana Paramitha artinya memberi dana atau sedekah baik berupa materiil maupun spirituil.
  2. Sila Paramitha artinya berpikir, berkata dan berbuat yang baik, suci dan luhur.
  3. Ksanti Paramitha pikiran tenang, tahan terhadap penghinaan dan segala penyebab sakit, terhadap orang dengki atau perbuatan tak benar dan kata-kata yang tidak baik.
  4. Wirya Paramitha artinya pikiran, kata-kata dan perbuatan yang teguh, tetap dan tidak berobah, tidak mengeluh terhadap apa yang dihadapi. Jadi yang termasuk Wirya Paramita ini adalah keteguhan pikiran (hati), kata-kata dan perbuatan untuk membela dan melaksanakan kebenaran.
  5. Dhyana Paramitha artinya niat mempersatukan pikiran untuk menelaah dan mencari jawaban atas kebenaran. Juga berarti pemusatan pikiran, terutama kepada Hyang Widhi dan cita-cita luhur untuk keselamatan.
  6. Pradnya Paramitha artinya kebijaksaanaan dalam menimbang-nimbang suatu kebenaran.
Semoga tulisan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita semua. (Mr.Pink)

Monday 13 February 2012

"GUSDURian" Audiensi dengan Parisada Sidoarjo

Tgl. 13 Pebruari 2012 jam 19.00 wib "Gusdurian Sidoarjo" mengadakan audiensi dengan Parisada Sidoarjo bertempat di Pura Jala Siddhi Amertha Juanda. Gusdurian adalah organisasi informal dimana anggotanya adalah anak-anak muda dari berbagai lintas agama yang ingin melanjutkan perjuangan Gusdur dengan paham nasionalis dan pluralis. Sebagai Koordinator Gusdurian ini adalah Mas Dody dari Candi Sidoarjo. "Gusdurian ini dibentuk sangat informasil dari hasil cangkruan anak-anak mudah" ujar Dodi. "Kami ingin mengajak pemudah Hindu Sidoarjo untuk bergabung dalam Gusdurian ini. Sampai saat ini anggota Gusdurian ini baru hanya dari Islam dan Protestan saja. Ke depan kami ingin mengajak seluruh pemuda dari semua agama baik Hindu, Budha, Kong Hu Chu maupun Katolik mau bergabung dalam Gusdurian" lanjut Dodi. Pak Anom Mediana selaku Ketua PHDI Sidoarjo berpendapat, sangat mendukung organisasi ini, karena Gusdur ada sosok yang dapat mengayomi seluruh umat beragama di Indonesia. Mas Yudi dari pengurus Peradah Sidoarjo juga sangat mendukung dan berniat bergabung dalam Gusdurian ini. Hadir juga pada pertemuan ini para Wakil Ketua PHDI Sidoarjo antara lain : Pak Gusti Budiartha, Pak Nyoman Suartanaya, Pak Ketut Sumerta dan Pak Dewa Pastika. Semoga organisasi Gusdurian ini akan dapat membawa suara rakyat yang lebih besar tentang pentingnya jiwa nasionalisme dan pluralisme. Selamat berkarya para generasi muda Indonesia. (Mr.Pink)

Monday 6 February 2012

Pelantikan Pengurus Baru Peradah Sidoarjo

Sehubungan dengan telah berakhirnya masa jabatan kepengurusan Peradah Kabupaten Sidoarjo yang lama yang dipimpin oleh Made Ayu Ardanareswari, segera diadakan pemilihan kepengurusan yang baru dimana yang terpilih sebagai ketua adalah Putu Bagus Cicak Sakti. Terkait dengan hal tersebut, untuk memformalkan kepengurusan baru ini maka diadakan pelantikan pengurus bertempat di Pura Jala Siddhi Amertha Sidoarjo pada tangglal 5 Pebruari 2012. Berkenan yang melakukan pelantikan adalah Ketua Peradah Propinsi Jawa Timur Bapak Drs. Suminto. Hadir dalam acara ini Ketua PHDI Sidoarjo Bapak Ir. Nyoman Anom Mediana S.Pd.H. dan Ketua WHDI Sidoarjo Ibu Rahmawati Diun. Suminto dalam pesannya penyampaikan bahwa walaupun acara pelantikan dilaksanakan secara sederhana, namun jangan mengurangi semangat Pemuda Hindu Sidoarjo untuk berjuang dan mengabdikan diri dalam masyarakat. Tanpa ada semangat dan kemauan tinggi maka segala program kerja yang telah direncanakan hanya tinggal rencana. (Mr.Pink)

Sunday 5 February 2012

Pembekalan dan Pemantapan Pemangku oleh PHDI Sidoarjo

Dalam rangkaian Piodalan di Pura Penataran Agung Margowening Krembung Sidoarjo pada hri Kuningan nanti, kemarin tgl. 5 Pebruari 2012 diadakan Pembekalan dan Pemantapan Pemangku yang diikuti oleh semua Pemangku / Pinandita yang ada di Kabupaten Sidoarjo dan sekitarnya ditambah dengan bapak/ibu yang berkeinginan akan jadi Pemangku. Sebagai nara sumber adalah : Ida Pandita Gede Anom Jala Karana Manuaba, Prof. Ir. Nyoman Sutantra MS.Phd dan Bapak Ketut Sudira BA. Selaku pemrakarsa acara ini adalah Ketua PHDI Kabupaten Sidoarjo Bapak Ir. Anom Mediana S.Pd.H. Acara dibuka sekita jam 11.00 wib oleh Ketua PHDI Jawa Timur Bapak Drs. Ketut Sudiarta S.Ag. Acara ini dipandu oleh Bapak Agung Cok dan I Gusti Ketut Budiartha sebagai moderator. Pada akhir sesi diadakan praktek pengenalan upakara Daksina Pejati beserta isinya. Cukup banyak pertanyaan dari peserta, sehingga acara cukup gayeng dan meriah. Dalam kesempatan lain Pak Ketut Sudira atas seijin Ida Pandita dan PHDI akan melengkapi buku panduan Pemangku yang telah ditulisnya beberapa waktu dengan arti-arti mantram yang ada. Selama ini sebagian besar Pemangku dalam mempimpin upacara Yadnya tidak mengerti akan arti mantram yang diuncarkan. Mudah-mudahan dalam waktu yang tidak terlalu lama Pak Ketut Sudira akan dapat memberi sumbangsih berupa terjemahan mantaram-mantram yang ada dalam buku Panduan Pemangku untuk memimpin upacara Yadnya khususnya pada Puranama Tiem dan Hari hari besar lainya

Wednesday 1 February 2012

Apa Itu Hari Raya (Keagamaan) ?

Om Swastyastu. Kita sering melakukan prosesi suatu Hari Raya (Keagaamaan), namun kadang-kadang kita tidak mengerti makna yang terkandung dalam Hari Raya itu. Kita hanya melakukan sesuatu apa yang sudah diwariskan oleh para leluhur kita, tanpa mau tahu lebih dalam apa yang terkandung dibalik perayaan suatu Hari Raya. Berdasarkan beberapa bacaan sastra, saya ingin mengambil suatu kesimpulan bahwa Hari Raya (Keagamaan) ada suatu moment kita untuk melakukan introspeksi diri dan moment untuk melakukan pemujaan kepada Sang Pencipta dengan kualitas yang lebih baik, dari hari hari biasa. Barangkali untuk para ibu (ibu2 lagi2 jadi kambing hitam) kualitas yang lebih baik disini diterjemahkan mungkin sebelumnya membuat sesajen dari bahan yang biasa-biasa saja menjadi bahan-bahan yang lebih baik, misalnya : biasanya memakai jeruk lokal diganti dengan jeruk sankis, biasanya dengan apel lokal diganti dengan apel hongkong, biasanya dengan telor saja diganti dengan ayam goreng, biasa ke Pura dengan menggunakan baju dari kain Hero diganti dengan brokat yang lebih mahal he :-). Apakah itu salah? Oh tidak, asal semua dilakukan dengan tulus ikhlas dan suci nirmala dalam rangka sujud bhakti kepada Sang Pencipta (Hyang Widhi Wasa). Namun meningkatkan kualitas dimaksud tidaklah hanya terbatas dengan hal-hal yang kasat mata saja. Jauh lebih penting adalah bagaimana ketulusan hati kita dalam melakukan pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa misal : lebih kusuk, lebih konsentrasi, doanya lebih banyak, japanya lebih banyak, penyerahan diri secara total, meyakini bahwa alam ini semua adalah ciptaanNYA dan kuasaNYA. Akan lebih lengkap lagi jika kita melakukan Tapa Brata Yoga Semadi. Itulah sesungguhnya yang disebut pemujaan dengan kualitas yang lebih baik. Yakinlah bahwa dengan kita melakukan pemujaan dengan kualitas lebih baik, akan mendapat pahala yang lebih baik pula. Coba simak Slokantara 33 :

Kalinganya, yan purnama tilem kala sang sadhujana manghanaken puniadana bhakti, tunggal mulih dasa ika de bhatara. Kunang yan candragrahana suryagrahana, kala sang sadhujana manghanaken punia dana bhakti, tunggal mulih satus ike de bhatara. Kunang yan Kanya gata, kala sang sadhujana manghanaken punia dana bhakti, tunggal mulih sewu ike de bhatara. Kunang yan sedeng yuganta, kala sang sahdujana manghanaken punida dana bhakti, tuggal mulih tanpe hingan ike de bhatara. Kengetakna de sang mangusir kapradhanaan ike.

Jika kita melakukan dana punia lan bhakti pada saat purnama tilem, maka akan membawa pahala sepuluh kali dari apa yang kita yadnyakan. Jika kita melakukan dana punia lan bhakti pada saat gerhana bulan atau gerhana matahari, maka akan membawa pahala seratus kali. Jika kita melakukan dana punia bhakti, pada saat hari besar atau hari suci, maka membawa pahala seribu kali. Dan jika kita lakukan pada akhir dari Yuga, maka akan membawa pahala kebaikan tak berhingga.

Demikianlah sedikit pencerahan sehubungan kita dalam rangka merayakan Hari Raya Galungan 1 Februari 2012, semoga ada manfaatnya. Om Santih Santih Santih om. (Mr. Pink)