PHDI SIDOARJO

Sunday 7 February 2010

Hujan Rintik mengiringi prosesi Piodalan di Pura JSA

Tgl. 6 Pebruari 2010 Sabtu kemarin bertepatan dengan Tumpek Wayang, adalah Piodalan dan Nugtug Karya di Pura Jala Siddhi Amertha Sidoarjo. Rangkaian Upacara dimulai Jam 14.00 diawali dengan Ngebejiang, sebagai Manggala Upacara adalah Pemangku Pura Jala Siddhi Amertha. Kemudian sekitar jam 16.00 Wib Ida Pandita Gde Anom Jala Karana Manuaba mulai melinggih. Proses Upacara diawali dengan Mecaru Panca Sata, kemudian dilanjutkan dengan Mlaspas Gedong Penyimpenan. Kemudian upacara dilanjutkan lagi untuk proses Nugtug Karya, setelah itu diselingi dengan Ngewali dengan menampilkan Topeng Sidakarya yang dimainkan oleh Mangku Nengah Maryasa dan ditemani oleh I Gusti Ketut Budiartha sebagai penasar. Kurang lebih pukul 17.45 wib persembahyangan pertama dimulai, dimana pemedek belum terlalu banyak, sebagian besar diikuti Pengemong Pura. Dalam kesempatan tersebut Bpk. Gde Wiadnyana berkenan untuk memberikan Dharma Wacana sekitar makna dari Nugtug Karya. Setelah berakhirnya Persembahyangan Bersama yang pertama, dilanjutkan persembahyangan bersama berikutnya. Astungkara.. semakin malam, hujan semakin reda dan menghilang. Sementara di depan Kori Agung dipentaskan tari-tarian hiburan antara lain : tari Pendet, tari Panjisemirang, tari Sekarjagad dan puncaknya tari Bondres yang membawakan kisah tentang Sang Jarat Karu. Kisah ini menjadi menarik karena sang penari sekalian memberi pencerahan keimanan, dimana perbuatan dosa akan membawa kehancuran kepada yang bersangkutan. Disamping itu bagi Umat Hindu, wajib untuk melaksanakan Catur Asrama secara berurutan mulai dari Bahmacari, Grahasta, Wanaprasta dan Biksuka. Janganlah seperti kisah Sang Jarat Karu, setelah Brahmacari langsung melaksanakan Wanaprasta, tanpa melalui Grehasta, akibatnya orang tua Sang Jarat Karu harus masuk neraka karena Sang Jarat Karu tidak punya Sentana untuk melanjutkan kewajibannya melakukan sembah bhakti kepada leluhur. Tari Bondres dimainkan oleh penari yang sudah tidak asing lagi yaitu : Mangku Nengah Mariyasa dan I Gusti Ketut Budiartha. Tarian penutup adalah sebuah tari Jempiring yang dibawakan oleh Ibu Wayan dari Kenjeran. Pada Piodalan di Pura JSA kali ini, umat cukup banyak yang hadir ngaturang Bhakti, ini terbukti dari persembahyangan bersama sampai 9 tahap. Astungkara semua proses piodalan berjalan lancer. Nyineb dilakukan sekitar jam 23.00. (Mr Pink)

No comments:

Post a Comment