PHDI SIDOARJO

Sunday 3 January 2010

KEJUJURAN (Cerita Untuk Anak)


Pada suatu hari dalam rangka memperingati tegak piodalan di sebuah pura , taruna dan taruni pura mengadakan lomba melukis yang pesertanya dari Pasraman sekolah minggu mulai dari anak kelas 1 sampai dengan kelas 6 saja. Perlombaan ini merupakan perwakilan dari masing – masing kelas yang ada. Nama anak-anak yang berhak mewakili masing-masing kelas adalah : Tole, Gede, Mechan, Agus, Ayu dan Puja. Semua stick holder yang ada di Pura tersebut sangat mendukung event ini, perlombaan kali ini hanya merebutkan juara satu saja dan berhak untuk berlibur ke Bali menginap di hotel berbintang lima selama dua hari dua malam. Hadiahnya disponsori oleh Yayasan Pura dan Koperasi Pura. Peserta lomba diminta menggambar/ melukis sebuah bangunan suci yang ada di Pura dirumah masing-masing dan kemudian diserahkan ke panitya lomba pada hari yang sudah ditentukan.

Dengan iming-iming hadiah tersebut membuat salah satu orang tua anak ikut kalang kabut berkeinginan memenangkan hadiah yang dijanjikan panitya. "Kesini nak Tole biar papa yang buatkan gambar bangunan suci, papa akan buatkan gambar dan warna yang paling bagus agar kamu bisa jadi juara, kalau jadi juara kan bisa menginap sekeluarga di hotel kelas berbintang tersebut, ini kesempatan emas jangan disia-siakan nak. Bayangkan, seumur-umur papa nggak bakalan bisa ke hotel berbintang nginap di losmen saja papa belum pernah, gaji papa nggak cukup disisihkan untuk bayar hotel berbintang yang sangat mahal tersebut", ujar orang tua Tole meyakinkan anaknya. Tole hanya terdiam dan hanya bisa menuruti kehendak orang tuanya, Kertas gambar, pensil, pewarna yang sudah disiapkan diserahkan kepada orang tuanya.

Saatnya tiba pada hari pengumpulan lukisan, sekaligus pengumuman dan penilaian lukisan, ke 6 lukisan yang tampil memberi corak yang berbeda, Nampak lukisan Tole yang paling bagus dan paduan warna yang serasi , dan gambar Puja yang paling jelek , karena gambarnya sangat polos, sesuai dengan bakatnya. Panitya memutuskan lukisan Tole yang jadi pemenangnya dan berhak atas haduiah yang dijanjikan panitya yaitu menginap di hotel berbintang lima di Bali bersama keluarganya. Orang tua Gede, Mechan, Agus, dan Ayu, protes keras karena tidak puas dengan keputusan panitya, mereka mengeluh, kenapa Tole sebagai pemenang, “ mana mungki seorang Tole yang baru kelas satu SD bisa menggambar seindah itu , keluh mereka pada panitya, protes mereka tidak ditanggapi, mengingat panitya sudah menetapkan criteria saat itu yaitu ditekankan kepada keindhan dan keserasian warna. Tidak ada criteria yang lain

Tegak odalan Pura berikutnya, diadakan lagi lomba yang sama, ke empat orang tua yang tidak puas tersebut , ingin anaknya bisa sebagai pemenang. Orang tuanya pun ikut terlibat membantu melukis, karena takut kecolongan seperti gambar Tole pada perlombaan yang lalu, Bahkan ada salah satu orang tua yang mencari tukang lukis professional untuk mendapatkan lukisan yang paling bagus, Puja tidak mau ketinggalan untuk merayu orang tuanya. “ Pak buatkan lukisan untuk Puja ya Pak , biar bagus seperti lukisan Tole yang dulu, kalau menang kan bisa sama-sama menginap di hotel berbintang Pak, Bapak Puja terdiam, dan hanya menyuruh kepada Puja untuk melukis sendiri sesuai dengan bakatnya, Puja pun tidak bisa berbuat apa-apa lagi, hanya melukis sesuai kemampuannya, Bapak Puja hanya mengawasi dari kejauhan sambil membaca majalah Media Hindu.

Tiba saatnya semua lukisan sudah dikumpulkan, dan panitya sudah siap untuk menyeleksi satu persatu. Kemudian terpilihlah, lukisan Puja lah jadi pemenangnya. Kali ini lebih heboh ke lima orang tua murid protes besar pada panitya, kenapa lukisan Puja yang jadi juara, lukisan jelek begitu kok jadi pemenangnya ?, demikian keluh mereka. Protes mereka tidak dihiraukan lagi oleh panitya, karena criterianya saat ini sudah dirubah ditekankan pada asfek kejujuran , tidak ada criteria yang lainnya.

Ajarkan kejujuran sejak dini, harus dilakukan dalam pratek kehidupan sehari-hari dan berkesinambungan sejak dini. Orang tua yang terbiasa menanam benih kebohongan kepada anaknya, maka setelah besar akan membuahkan buah kepalsuan, baik itu dalam bentuk Koropsi, atau pun kejahatan lainnya. Jadi untuk membentuk generasi mendatang yang tangguh dan bermoral Dharma harus mulalui benih yang bagus ditanamkan sejak dini, sehingga astungkara menjadi anak yang suputra. (Nyoman Sudiarta)

1 comment: